اَلْمُنَادَى
Munaada
Al-Munaada adalah isim manshub yang disebutkan setelah huruf
Nidaa (Panggilan)
Adapun huruf-huruf Nidaa sebagai berikut:
ءَ –
أَيَّا – هَيَّا – يَا – وَا
Semua mempunyai arti panggilan, WAHAI
Contoh:
]يَا بُنَيَّ لاَ تُشْرِكْ بِالله إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ
عَظِيْمٌ[ لقمان 13
(Yaa Bunayya laa tusyrik billahi, innasy-syirka ladzhulmun
adzhiimun)
“Wahai anakku janganlah engkau mempersekutukan Allah (dengan
sesuatu apapun), sesungguhnya syirik adalah kedzholiman yang sangat besar”
Pada ayat di atas, kata (بُنَيَّ ) manshub dengan tanda fathah, sebagai munaada
Contoh lain:
(يَا أَبَا عُمَيْرٍ مَا فَعَلَ
النُّغَيْرُ)
“Yaa Abaa Umairin maa fa’alan nughoiru”
Wahai Abu Umair, apa yang dilakukan burung kecil itu
Pada kalimat di atas, kata (أَبَا ) manshub dengan tanda alif, sebagai munaada
Contoh lainnya :
(يَا مُحَمَّدُ أَخْبِرْنِي عَنِ
الإِسْلاَمِ)
“Yaa
Muhammadu, akhbirnii ‘anil islaami”
Wahai
Muhammad, kabarkanlah padaku mengenai Islam
Kata
(مُحَمَّدُ )
pada kalimat di atas, mabni atas dhommah sebagai munaada
Dari
contoh-contoh di atas, dapat diketahui bahwa munaada terbagi 2 jika ditinjau dari
sisi I’robnya. Ada yang manshub dan ada yang mabni.
Adapun
munadaa yang manshub ada 3 keadaan berikut:
Contohnya:
يَا عَبْدَ اللهِ (Yaa
Abdallahi) wahai hamba Allah
يَا أَبَا عُمَرَ (Yaa
Abaa Umara) wahai bapaknya umar
Kata
عَبْدَ dan
أَبَا manshub
sebagai munaada
2. 2. Jika munaada berbentuk syabiihan bil mudhof (menyerupai
mudhof)
Contoh
: يَا طَالِعًا جَبَلاً yaa
thooli’an jabalan (wahai pendaki gunung)
3.
3. Jika munaada dalam keadaan
nakirah ghoiro maqshuudah
(nakirah tanpa memaksudkan person tertentu)
Contoh:
يَا رَجُلاً أَنْقِذْنِي
yaa rojulan anqidznii (wahai laki-laki,
bantulah aku)
Kata
رَجُلاً pada kalimat di atas, manshub
sebagai munada, karena berbentuk nakirah, yakni kata umum yang tidak
dimaksudkan pada person tertentu
Sedangkan munaada yang I’robnya
mabni pada keadaan berikut:
1. 1. Jika berupa nama tunggal
Contoh:
يَا مُحَمَّدُ yaa muhammadu (wahai Muhammad) atau يَا
عُمَرُ yaa umaru (wahai umar)
Maka
kata مُحَمَّدُ dan
عُمَرُ mabni dengan tanda dhommah sebagai munaada
2. 2. Jika berupa nakirah yang dimaksudkan ke person tertentu
Contoh:
يَا غُلاَمُ yaa
ghulaamu (wahai anak muda) atau يَا رَجُلُ
yaa rojulu (wahai laki-laki)
Jika
kita memaksudkannya untuk memanggil person tertentu, sambil menunjuk seseorang misalnya,
maka kata setelah huruf nidaa tersebut menjadi mabni dengan tanda dhommah,
sebagai munada. Jadi salah jika kita manshubkan dengan tanda fathah menjadi يَا رَجُلا
Tambahan:
Kemudian jika munaada ada
tambahan alif dan lam (اَلْ ) pada katanya, maka wajib didahului oleh kata-kata
berikut:
Didahului kata أَيُّهَا untuk mudzakkar (laki-laki)
Contoh:
يَا أَيُّهَا الرَّسُوْلُ atau يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ
Didahului kata هَذَا untuk mudzakkar (laki-laki)
Contoh:
يَا هَذَا الرَّجُلُ
atau يَا هَذَا الطََّالِبُ
Didahului kata أَيَّتُهَا untuk muannats (perempuan)
Contoh:
يَا أَيَّتُهَا الْمُؤْمِنَةُ
Didahului kata هَذِهِ untuk muannats (perempuan)
Contoh:
يَا هَذِهِ الْمُسْلِمَةُ
Maka semua kata-katanya menjadi mabni dengan tanda dhommah
Latihan: Tentukan munadaa
pada kalimat-kalimat berikut
1. يَا غُلاَمُ إِنِّي أُعَلِِّمُكَ كَلِمَاتٍ : اِحْفَظِ اللهَ
يَحْفَظْكَ ...
2. يَا طَالِبًا لِلْعِلْمِ
اِجْتَهِدْ !
3. (يَا مُسْلِمُ هَذَا الْيَهُوْدُ
...)
4. (يَا حَيُّ يَا قَيُّوْمُ
بِرَحْمَتِكَ أََسْتَغِيْثُ ...)
5. (يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوْبِ
ثَبِّتْ قُلُوْبَنَا عَلَى دِيْنِكَ ...)
شكرا جزيلا