Laman

Ushul Tafsir 8: Benarkah Ayat-Ayat Al-Qur`an Bertentangan?

Posted on | By Ryper | In



Jika kita membaca Al-Qur`an, terkadang kita menemukan ayat-ayat yang dirasa-rasa ada kerancuan di dalamnya. Kita temukan pada ayat ini Allah mengatakan demikian, namun di ayat yang lainnya mengatakan demikian. Apakah ini berarti Al-Qur`an itu ayatnya bertentangan antara satu dengan yang lainnya?

Syaikh As-Sa’di mengatakan dalam Qowa’idul Hisan:
“Semua ayat Al-Qur`an yang secara lahiriah tampaknya bertentangan, Maka WAJIB memahami masing-masing jenis ayat tersebut sesuai dengan keadaannya atau konteksnya”


Artinya, ketika kita menemukan ayat Al-Qur`an yang tampak bertentangan, maka kita harus memahami tiap ayat tersebut dengan maksudnya masing-masing. Karena secara lahiriyah bisa saja ayat tersebut tampak bertentangan, akan tetapi pada hakekatnya tidak ada pertentangan antara ayat yang satu dengan ayat yang lainnya dalam Al-Qur`an. Oleh karenanya dibutuhkan kompromi antara dua ayat tersebut.

Berikut kami berikan contoh ayat-ayat yang tampaknya bertentangan beserta penjelasannya.

1. Di dalam Al-Qur`an, terdapat ayat yang menyebutkan bahwa orang-orang kafir tidak akan berkata-kata atau berbicara pada hari kiamat. Akan tetapi di ayat yang lainnya disebutkan bahwa orang-orang kafir dapat berkata, berdebat, beralasan dan ada yang mengakui dosa-dosanya. Bagaimana cara mengkompromikannya?

Ayat-ayat ini terlihat bertentangan, namun pada hakikatnya tidaklah bertentangan.
Kompromi untuk ayat-ayat ini adalah bahwasanya berbicaranya mereka pada hari kiamat, terjadi ketika mereka dihadapkan oleh dosa-dosa mereka. Setelah mereka mengetahui bahwa dusta tidaklah bermanfaat baginya, maka Allah mengunci lisan-lisan mereka dan yang bersaksi hanyalah anggota badannya dan mereka pun tidak berbicara.

2. Terdapat ayat-ayat Al-Qur`an yang mengabarkan kepada kita bahwa Allah tidak berbicara dan tidak melihat orang-orang kafir. Akan tetapi ada ayat yang menunjukkan bahwa Allah berbicara dan melihat orang kafir. Bagaimana mengkompromikannya?

Maksud ayat Al-Qur`an yang menjelaskan bahwa Allah tidak berbicara dengan orang kafir adalah bahwa Allah tidak berbicara kepada orang-orang kafir dengan perbicaraan yang menyenangkan hati mereka. Akan tetapi pembicaraan yang berupa celaan dan hinaan. Begitu pula maksud Allah tidak memandang atau melihat mereka adalah tidak melihat atau memandang dengan pandangan yang menggembirakan mereka, yang menentramkan hati mereka. Akan tetapi pandangan murka dan benci terhadap mereka.

3. Disebutkan dalam suatu ayat bahwa Allah tidak memberi hidayah kepada orang kafir fasik dan semisal mereka, seperti dalam firmannya

إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا سَوَاءٌ عَلَيْهِمْ ءَأَنذَرْتَهُمْ أَمْ لَمْ تُنذِرْهُمْ لاَ يُؤْمِنُونَ

“Sesungguhnya orang kafir, tidak berpengaruh bagi mereka apakah diberi peringatan atau tidak, mereka tetap tidak beriman” (Al-Baqarah: 6) 

Dalam ayat ini Allah mengatakan sama saja, entah itu didakwahi atau tidak, mereka tetap tidak beriman.  Sehingga seakan-akan Allah tidak akan memberi hidayah kepada orang-orang kafir.
Akan tetapi, di sebagian ayat yang lain dikatakan Allah memberi hidayah dan taufik kepada orang-orang kafir dan banyak juga kita temukan orang-orang kafir yang masuk kepada Agama Islam.
Lantas bagaimana cara mengkompromikannya?

Mengenai Allah tidak memberi hidayah kepada orang kafir. Yang tidak diberi hidayah adalah mereka-mereka yang telah Allah tetapkan kekafiran bagi dirinya,  bahwa mereka adalah penguhuni Neraka. Maka ayat tersebut berlaku untuk orang-orang yang Allah ketahui bahwa mereka adalah calon penghuni Neraka. Dalam firman Allah surat Yunus ayat 96-97 disebutkan:

إِنَّ الَّذِينَ حَقَّتْ عَلَيْهِمْ كَلِمَتُ رَبِّكَ لاَيُؤْمِنُونَ {96} وَلَوْ جَآءَتْهُمْ كُلُّ ءَايَةٍ حَتَّى يَرَوُا الْعَذَابَ اْلأَلِيمَ

“Sesungguhnya orang-orang yang telah pasti ketetapan Allah padanya, mereka tidak akan beriman. Walaupun datang kepada mereka seluruh ayat (penjelasan), namun mereka tetap demikian hingga mereka menyaksikan adzab yang pedih”

Maka, maksud ayat bahwasanya Allah memberi hidayah kepada  orang-orang kafir adalah untuk orang-orang kafir yang tidak tercatat sebagai penghuni neraka pada hari akhir. Adapun Allah tidak memberi hidayah adalah hidayah yang tidak diberikan kepada orang-orang kafir yang telah tercatat sebagai penghuni Neraka.

4. Banyak ayat yang menunjukkan bahwa Allah Maha Tinggi dan Dzatnya berada di atas makhluknya. Akan tetapi dalam ayat yang lainnya menyebutkan bahwa Allah bersama hambanya dan bersama orang yang sabar, ikhsan dan orang baik diantara mereka. Lalu bagaimana penjelasannya?

Allah adalah dzat yang mempunyai sifat Maha Tinggi, dan hal ini adalah perkara yang ada pada Allah, sebagaimana yang disebutkan di banyak ayat. Dan makna Allah berada di Atas adalah salah satu konsekuesi dari sifat Allah yang Maha Tinggi.

Meskipun demikian, Allah bersama hamba-hambanya, sebagaimana disebutkan bahwa Allah lebih dekat dari urat leher hamba-hambanya. Dan tidaklah ada pertentangan antara dua hal ini, karena Allah adalah dzat yang tidak ada makhluk yang semisalnya, dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, yang tidak ada hal yang mustahil bagi Allah. Tidak ada yang sulit bagi Allah untuk berada di atas dan berada diantara hamba-hambanya, karena Allah berbeda dengan makhluk. Apa yang mustahil bagi makhluk, tidak berarti mustahil bagi Allah.

Karenanya, tidaklah ada pertentangan antara Allah berada di atas dan Allah bersama hamba-hambanya, karena yang dimaksud Allah bersama hamba-hambanya bukanlah dzat Allah sendiri, melainkan pengetahuan Allah, ilmu Allah-lah yang bersama hamba-hambanya.

5. Contoh lainnya adalah apa yang disebutkan dalam banyak ayat bahwa Allah memerintahkan untuk berjihad. Namun di ayat yang lain disebutkan bahwa Allah memerintahkan untuk menahan diri, bersabar dan membiarkan hal tersebut. 

Maka, perintah Allah untuk berjihad adalah ketika kaum muslimin telah kuat dan disana terdapat maslahat dari jihad tersebut. Adapun Allah memerintahkan untuk diam dan membiarkan mereka adalah jika kaum muslimin tidak mempunyai kekuatan dan tidak mempunyai upaya untuk berjihad dengan tangan.

***

Dan masih banyak lagi contoh-contoh lain dari ayat-ayat Al-Qur’an yang tampaknya bertentangan, namun pada hakikatnya tidak mungkin ayat Al-Qur`an bertentangan. Karenanya, diperlukan pemahaman dan akal sehat di dalam memahami ayat-ayat Al-Qur`an.

Sumber: Qowa’idul hisan Almuta’alliqotu bi tafsiiril qur’an

Comments (0)

Posting Komentar