Jika kita membaca Al-Qur`an, terkadang kita menemukan
ayat-ayat yang dirasa-rasa ada kerancuan di dalamnya. Kita temukan pada ayat
ini Allah mengatakan demikian, namun di ayat yang lainnya mengatakan demikian.
Apakah ini berarti Al-Qur`an itu ayatnya bertentangan antara satu dengan yang
lainnya?
Syaikh As-Sa’di mengatakan dalam Qowa’idul Hisan:
“Semua ayat Al-Qur`an yang secara lahiriah tampaknya
bertentangan, Maka WAJIB memahami masing-masing jenis ayat tersebut sesuai dengan
keadaannya atau konteksnya”
Artinya, ketika kita menemukan ayat Al-Qur`an yang tampak
bertentangan, maka kita harus memahami tiap ayat tersebut dengan maksudnya
masing-masing. Karena secara lahiriyah bisa saja ayat tersebut tampak
bertentangan, akan tetapi pada hakekatnya tidak ada pertentangan antara ayat
yang satu dengan ayat yang lainnya dalam Al-Qur`an. Oleh karenanya dibutuhkan
kompromi antara dua ayat tersebut.
Berikut kami berikan contoh ayat-ayat yang tampaknya
bertentangan beserta penjelasannya.
1. Di dalam Al-Qur`an, terdapat ayat yang menyebutkan bahwa
orang-orang kafir tidak akan berkata-kata atau berbicara pada hari kiamat. Akan
tetapi di ayat yang lainnya disebutkan bahwa orang-orang kafir dapat berkata,
berdebat, beralasan dan ada yang mengakui dosa-dosanya. Bagaimana cara
mengkompromikannya?
Ayat-ayat ini terlihat bertentangan, namun pada hakikatnya
tidaklah bertentangan.
Kompromi untuk ayat-ayat ini adalah bahwasanya berbicaranya
mereka pada hari kiamat, terjadi ketika mereka dihadapkan oleh dosa-dosa
mereka. Setelah mereka mengetahui bahwa dusta tidaklah bermanfaat baginya, maka
Allah mengunci lisan-lisan mereka dan yang bersaksi hanyalah anggota badannya
dan mereka pun tidak berbicara.
2. Terdapat ayat-ayat Al-Qur`an yang mengabarkan kepada kita
bahwa Allah tidak berbicara dan tidak melihat orang-orang kafir. Akan tetapi
ada ayat yang menunjukkan bahwa Allah berbicara dan melihat orang kafir.
Bagaimana mengkompromikannya?
Maksud ayat Al-Qur`an yang menjelaskan bahwa Allah tidak
berbicara dengan orang kafir adalah bahwa Allah tidak berbicara kepada
orang-orang kafir dengan perbicaraan yang menyenangkan hati mereka. Akan tetapi
pembicaraan yang berupa celaan dan hinaan. Begitu pula maksud Allah tidak
memandang atau melihat mereka adalah tidak melihat atau memandang dengan
pandangan yang menggembirakan mereka, yang menentramkan hati mereka. Akan
tetapi pandangan murka dan benci terhadap mereka.
3. Disebutkan dalam suatu ayat bahwa Allah tidak memberi
hidayah kepada orang kafir fasik dan semisal mereka, seperti dalam firmannya
إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا سَوَاءٌ عَلَيْهِمْ ءَأَنذَرْتَهُمْ أَمْ لَمْ
تُنذِرْهُمْ لاَ يُؤْمِنُونَ
“Sesungguhnya orang kafir, tidak berpengaruh bagi mereka apakah
diberi peringatan atau tidak, mereka tetap tidak beriman” (Al-Baqarah: 6)
Dalam ayat ini Allah mengatakan sama saja, entah itu
didakwahi atau tidak, mereka tetap tidak beriman. Sehingga seakan-akan Allah tidak akan memberi hidayah
kepada orang-orang kafir.
Akan tetapi, di sebagian ayat yang lain dikatakan Allah
memberi hidayah dan taufik kepada orang-orang kafir dan banyak juga kita
temukan orang-orang kafir yang masuk kepada Agama Islam.
Lantas bagaimana cara mengkompromikannya?
Mengenai Allah tidak memberi hidayah kepada orang kafir. Yang
tidak diberi hidayah adalah mereka-mereka yang telah Allah tetapkan kekafiran
bagi dirinya, bahwa mereka adalah penguhuni
Neraka. Maka ayat tersebut berlaku untuk orang-orang yang Allah ketahui bahwa mereka
adalah calon penghuni Neraka. Dalam firman Allah surat Yunus ayat 96-97 disebutkan:
إِنَّ
الَّذِينَ حَقَّتْ عَلَيْهِمْ كَلِمَتُ رَبِّكَ لاَيُؤْمِنُونَ {96} وَلَوْ
جَآءَتْهُمْ كُلُّ ءَايَةٍ حَتَّى يَرَوُا الْعَذَابَ اْلأَلِيمَ
“Sesungguhnya orang-orang yang telah pasti ketetapan Allah
padanya, mereka tidak akan beriman. Walaupun datang kepada mereka seluruh ayat
(penjelasan), namun mereka tetap demikian hingga mereka menyaksikan adzab yang
pedih”
Maka, maksud ayat bahwasanya Allah memberi hidayah
kepada orang-orang kafir adalah untuk
orang-orang kafir yang tidak tercatat sebagai penghuni neraka pada hari akhir. Adapun
Allah tidak memberi hidayah adalah hidayah yang tidak diberikan kepada
orang-orang kafir yang telah tercatat sebagai penghuni Neraka.
4. Banyak ayat yang menunjukkan bahwa Allah Maha Tinggi dan Dzatnya
berada di atas makhluknya. Akan tetapi dalam ayat yang lainnya menyebutkan
bahwa Allah bersama hambanya dan bersama orang yang sabar, ikhsan dan orang baik
diantara mereka. Lalu bagaimana penjelasannya?
Allah adalah dzat yang mempunyai sifat Maha Tinggi, dan hal
ini adalah perkara yang ada pada Allah, sebagaimana yang disebutkan di banyak
ayat. Dan makna Allah berada di Atas adalah salah satu konsekuesi dari sifat
Allah yang Maha Tinggi.
Meskipun demikian, Allah bersama hamba-hambanya, sebagaimana
disebutkan bahwa Allah lebih dekat dari urat leher hamba-hambanya. Dan tidaklah
ada pertentangan antara dua hal ini, karena Allah adalah dzat yang tidak ada
makhluk yang semisalnya, dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, yang tidak
ada hal yang mustahil bagi Allah. Tidak ada yang sulit bagi Allah untuk berada
di atas dan berada diantara hamba-hambanya, karena Allah berbeda dengan
makhluk. Apa yang mustahil bagi makhluk, tidak berarti mustahil bagi Allah.
Karenanya, tidaklah ada pertentangan antara Allah berada di
atas dan Allah bersama hamba-hambanya, karena yang dimaksud Allah bersama
hamba-hambanya bukanlah dzat Allah sendiri, melainkan pengetahuan Allah, ilmu Allah-lah
yang bersama hamba-hambanya.
5. Contoh lainnya adalah apa yang disebutkan dalam banyak
ayat bahwa Allah memerintahkan untuk berjihad. Namun di ayat yang lain
disebutkan bahwa Allah memerintahkan untuk menahan diri, bersabar dan
membiarkan hal tersebut.
Maka, perintah Allah untuk berjihad adalah ketika kaum
muslimin telah kuat dan disana terdapat maslahat dari jihad tersebut. Adapun
Allah memerintahkan untuk diam dan membiarkan mereka adalah jika kaum muslimin
tidak mempunyai kekuatan dan tidak mempunyai upaya untuk berjihad dengan
tangan.
***
Dan masih banyak lagi contoh-contoh lain dari ayat-ayat
Al-Qur’an yang tampaknya bertentangan, namun pada hakikatnya tidak mungkin ayat
Al-Qur`an bertentangan. Karenanya, diperlukan pemahaman dan akal sehat di dalam
memahami ayat-ayat Al-Qur`an.
Sumber: Qowa’idul hisan Almuta’alliqotu bi tafsiiril
qur’an
Comments (0)
Posting Komentar