Laman

Bahasa Arab 28 : Tawabi’-Badal

Posted on | By Ryper | In

Badal adalah jenis tawabi yang menunjukkan atas sesuatu yang diikuti atau bagian darinya. Untuk jelasnya perhatikan contoh:

حَدَّثَنَا أََمِيْرُ الْمُؤْمِنِيْنَ عُمَرُ
(haddasanaa amiirul mu`miniina umaru)
amiirul mu`minin yaitu umar menceritakan kepada kami.

Kata عُمَرُ marfu dengan dhommah, isim mufrod sebagai badal.
Kata عُمَرُ marfu karena mengikuti (taabi’) dari kata أََمِيْرُ yang marfu.
Adapun kata الْمُؤْمِنِيْنَ merupakan mudhof ilaih dari أََمِيْرُ.

Diantara ciri badal adalah dapat diselipkan kata “yaitu” seperti pada contoh di atas atau juga dapat diketahui dengan menghilangkan salam satu antara badal atau mubdal minhu nya, jika arti tidak rusak maka ia merupakan badal.
“Umar menceritakan kepada kami” dengan “amiirul mu`minin menceritakan kepada kami” mempunyai arti yang sama, sehingga cocok jika dikatakan kata umar disini sebagai badal dari amiiru.

Jenis-jenis badal
Jenis badal ada 5, yaitu

1. بَدَلُ الْمُطَابِقُ (badalul muthoobiqu) adalah badal yang menggantikan secara keseluruhan sebagaimana contoh di atas.
Contoh yang lain :

جَاءَ الاِمَامُ اَحْمَدُ
(jaa al imaamu ahmadu)
imam ahmad datang
Kata اَحْمَدُ marfu dengan dhommah, isim laa yanshorif sebagai badal.

2. بَدَلُ الْبَعْضِ مِنَ الْكُلِّ (badalul ba’dhi minal kulli) adalah badal yang menggantikan sebagian.
Contoh :


خَرَجَ الطُّلاَّبُ نِصْفُهُمْ
(khoroja aththullaabu nisfuhum)
para murid keluar sebagiannya.
Kata نِصْفُ marfu dengan dhommah, isim mufrod sebagai badal.


3. بَدَلُ الْاِشْتِمَالِ (badalul isyti’maal) adalah badal yang menunjukkan cakupan dari yang dibadali.
Contoh :

نَفَعَنِي الْاُسْتَاذُ عِلْمُهُ
(nafa’anii alustaadzu ‘ilmuhu)
ustadz itu bermanfaat untukku ilmunya.
Kata عِلْمُ marfu dengan dhommah, isim mufrod sebagai badal.

4. بَدَلُ الْغَلَطِ (badalul golathi) adalah badal yang digunakan untuk membenarkan kata sebelumnya.
Contoh :

رَجَعَتِ الْمُدَرِّسَةُ الطَّالِبَةُ
(roja’atil mudarrisatu aththoolibatu)
para guru kembali, eh para murid.
Kata الطَّالِبَةُ marfu dengan dhommah, isim mufrod sebagai badal
Maksudnya ia mengatakan para murid kembali, namun karena salah ucap, maka dibenarkan dengan kata selanjutnya. Hal ini tidak jauh beda dengan kalimat dalam bahasa Indonesia.

5. بَدَلُ النِّسْيَانِ (badalu annisyaani) adalah badal yang digunakan ketika seseorang lupa.
Contoh :

سَافَرَ عَلِيٌّ اِلَى مَكَّةَ مَدِيْنَةَ
(saafaro ‘aliyyun ila makkata madiinata)
ali berpergian ke mekkah oh ke madinah
Kata مَدِيْنَةَ majrur dengan fathah, isim laa yanshorif sebagai badal.




Catatan :
1. I’rob badal harus mengikuti mubdal minhu (isim yang dibadali), jika marfu, manshub atau majrur, maka badalnya harus marfu, manshub atau majrur juga.

2. Beda antara badal golatho dengan badal nisyaan adalah untuk badal golatho berkaitan dengan lidah, adapun badal nisyaan berkaitan dengan hati.

3. Untuk badal ba’dhi minal kulli dan badal isyti’maal, maka setelah badal harus diikuti oleh dhomir yang kembali kepada mubdal minhu (isim yang dibadali) sebagaimana contoh di atas.

4. Badal biasa dijumpai setelah nama orang, yang menunjukkan gelar atau selainnya sebagaimana contoh di atas.

5. Badal juga biasa dijumpai setelah isim isyarat, dimana jika terdapat isim ma’rifat setelah isim isyarat, maka isim tersebut kemungkina besar adalah badal.
Contoh :
وَهَذِهِ الْقَاعِدَةُ مَأْخُوْذُهُ مِنْ قَوْلِهِ تَعَالَى (wa haadzihil qoo`idatu ma`khuudzuhu min qoulihi ta’ala)
Dan kaidah ini diambil dari firman Allah ta’ala
Huruf وَ merupakan wau ibtida, yang menunjukkan jumlah baru
Kata هَذِهِ fii mahalli rof'in (menempati kedudukan rofa') mabni dengan kasroh, isim isyaroh sebagai mubtada
Kata الْقَاعِدَةُ isim ma'rifat, marfu dengan dhommah, isim mufrod sebagai badal karena terletak setelah isim isyaroh.
Kata مَأْخُوْذُ marfu dengan dhommah, isim mufrod sebagai khobar. 

Comments (0)

Posting Komentar