Ushul Tafsir 7: Kandungan Makna Secara Muthobaqoh, Tadhommun dan Iltizam
Posted on Ryper | In Ushul Tafsir
| By
Alhamdulillah, setelah sekian lama vakum, kita akan memulai kembali pembahasan yang tertunda.
Pada pembahasan sebelumnya kita telah mempelajari diantara jenis-jenis tawabi, yakni athof, badal dan na’at. Dan sekarang kita akan membahas jenis tawabi terakhir, yaitu taukid.
Pengertian Taukid
Taukid adalah kata penegasan yang memberikan penekanan akan sesuatu yang ingin disampaikan. Dalam istilah bahasa Indonesia, kata taukid bisa berupa kata “sungguh” atau “benar-benar”.
Dalam istilah bahasa arab, taukid merupakan tawabi (pengikut) yang disebutkan setelah kata yang ingin ditekankan, yang digunakan untuk menghilangkan keraguan dari pendengar.
Contoh:
وَجَاءَ رَبُّكَ وَالْمَلَكُ صَفًّا صَفًّا
(wajaa`a robbuka wal malaku shoffan shoffan)
Tuhanmu datang sedangkan malaikat dalam keadaan bershaf-shaf.
Badal adalah jenis tawabi yang menunjukkan atas sesuatu yang diikuti atau bagian darinya. Untuk jelasnya perhatikan contoh:
حَدَّثَنَا أََمِيْرُ الْمُؤْمِنِيْنَ عُمَرُ
(haddasanaa amiirul mu`miniina umaru)
amiirul mu`minin yaitu umar menceritakan kepada kami.
Kata عُمَرُ marfu dengan dhommah, isim mufrod sebagai badal.
Kata عُمَرُ marfu karena mengikuti (taabi’) dari kata أََمِيْرُ yang marfu.
Adapun kata الْمُؤْمِنِيْنَ merupakan mudhof ilaih dari أََمِيْرُ.
Athof adalah jenis tawabi yang terletak setelah huruf athof, yang merupakan penghubung antara isim yang satu dengan yang lainnya, atau fi’il yang satu dengan yang lainnya. Dalam bahasa Indonesia, athof bisa dikatakan kata penghubung.
Contoh :
رَجَعَ-رَجُوْعًاkembali كَسَرَ-كَسْرًا memecahkan غَسَلَ-غُسْلاًmandi |
نَزَعَ-نَزْعًاmencabut جَلَسَ-جُلُوْسًا duduk صَبَرَ-صَبْرًاsabar |
ضَرَبَ-ضَرْبًاmemukul غَفَرَ-غُفْرًا mengampuni |
Tawabi adalah isim yang mengikuti isim sebelumnya dalam I’rob
Jenis tawabi ada 4, yaitu
Na’at (sifat)
Badal (pengganti)
Taukid (penegas)
Athof (penghubung)
Pada kesempatan ini, kita hanya cukupkan dalam membahas na’at.
Diantara keindahan bahasa arab yang perlu kita ketahui adalah ternyata bahasa arab merupakan bahasa yang ringkas namun syarat dengan makna. Walaupun menggunakan satu atau dua kata (kalimah) saja, makna yang terkandung sangat dalam dan sangat luas, contohnya sangat banyak diantaranya apa yang sudah ana tuliskan dalam kaidah sebelumnya, begitu juga kaidah dalam artikel ini.
Syaikh As-sa’di menyebutkan dalam bukunya, “susunan mufrod mudhof dan jamak mudhof mempunyai kandungan di dalamnya dengan makna yang umum”.
Mendengar isim jamak, tentunya kita merasa yakin kalau maknanya adalah umum karena jamak memiliki arti banyak, tak tentu atau umum. Namun, bagaimana bisa susunan mufrod mudhof juga mengandung makna umum ?
Tashrif untuk Naaqish wazan fa'ala yaf'ulu
Jika suatu jumlah ismiyah (susunan mubtada dan khobar) didahului oleh inna atau saudara-saudaranya, maka akan menyebabkan mubtada menjadi manshub dan disebut isim inna, dan khobar tetap marfu dan disebut khobar inna.
Contoh :
إِنَّ اللهَ سَمِيْعٌ
(innallaha samii’un) sesungguhnya Allah maha mendengar
Kata سَمِيْعٌ marfu dengan tanda dhommah, isim mufrod sebagai khobar inna.
إِنَّ الدِّيْنَ عِنْدَ اللهِ الْإِسْلاَمُ
(inna addina ‘indallahi al islaamu) sesungguhnya agama (yg diterima) disisi Allah adalah islam
Kata الْإِسْلاَمُ marfu’ dengan dhommah, isim mufrod, sebagai khobar inna.
سَجَدَ- سُجُودًاsujud دَخَلَ- دُخُوْلا masuk كَفَرَ- كُفْرًاmengingkari |
دَرَسَ- دَرْسًا mempelajariكَتَبَ- كَتْبًا menulis رَزَقًا- رِزْقًاmemberi rizki |
Kosakata yang ana berikan, baik pada artikel ini atau pada artikel sebelumnya merupakan kosakata yang sering muncul dalam kitab-kitab arab yang gundul. Ana menekankan dalam pelajaran bahasa arab ini dalam penguasaan nahwu, membaca serta memahami suatu ayat atau hadits, bukan hanya sekedar bisa muhadatsah, yang menurut ana kebutuhannya tidak mendesak dibandingkan mempelajari nahwu dan shorof.
أَثَرٌ (atsarun)=pengaruh
اِجْتِمَاعٌ (ijtimaa’un)=pertemuan
Kaana dan saudara-saudaranya merupakan suatu fi’il, dimana ketika ia masuk pada jumlah ismiyyah akan menyebabkan marfunya mubtada dan disebut sebagai isim kaana, serta manshubnya khobar yang dinamakan khobar kaana.
Contoh :
مُحَمَّدٌ غَنِيٌّ
(muhammadun goniyyun)=Muhammad itu kaya
Jumlah di atas merupakan jumlah ismiyyah yang tersusun dari mubtada dan khobar. Ketika kemasukan kaana dan saudara-saudaranya pada jumlah tersebut maka menjadi
Alhamdulillah, dengan adanya blog ini, insyaAllah ana akan berusaha menyajikan ilmu-ilmu alat di dalam agama islam, berupa ilmu bahasa arab, ushul fiqih, ushul hadist, ushul tafsir dan lain-lainnya yang sudah pernah ana pelajari, dimana sangat jarang sekali blog atau situs yang menerangkan ilmu-ilmu tersebut.
Sehingga diharapkan dengan adanya blog ini, dapat menambah ilmu ana dan para pembaca sekalian akan ilmu-ilmu agama, yang akhirnya menjadi orang mujtahid yang tidak hanya taqlid dan mengikuti apa yang dikatakan para kiai atau ustadznya.
Semoga blog ini bermanfaat dan Allah memberikan keistiqomahan di dalam mengelolanya.. Aaamiin...
All Rights Reserved. Hiasi Hari Dengan Ilmu
Theme by Website Hosting | Converted into Blogger Templates by Blogger Styles | Falcon Hive